RESUME - "AGAMA PUNYA SERIBU NYAWA"

AGAMA PUNYA SERIBU NYAWA
(Komaruddin Hidayat)
BAB 1 – HAKIKAT BERAGAMA

1.      Mengapa kita beragama? Banyak diantara kita yang menjalani laku kehidupan berdasarkan rasa (dzauq) ketimbang pertimbangan rasional. Ada beberapa dorongan psikologis yang melatarinya, yang pertama adanya rasa takut melihat dirinya kecil, tak berarti ditengah semesta yang maha besar. Kedua, doa didorong oleh keyakinan   adanya tuhan. Para filsuf dan kaum humanis meyakini Tuhan tidak berdasarkan kitab suci, tetapi melalui refleksi dan kontemplasi.
2.      Untuk apa berdoa? Di dalam doa tersimpan kekuatan untuk bangkit dan membuat loncatan hidup jauh ke depan. Karena doa itu universal dan melekat pada setiap orang, maka ungkapan seperti “Oh, My God” sangat popular diantero dunia, sekalipun pengucapnya mengaku tidak beragama.
3.      Takdir dan Kebebasan Manusia. Untuk melaksanakan mandat  sebagai khalifah Tuhan dimuka bumi, manusia diberi kemampuan sebagai manager guna mengolah takdir, terutama melalui perangkat ilmu pengetahuan untuk memahami hukum sebab akibat yang telah ditakdirkan Tuhan pada setiap pencipta – Nya.
4.      Allah sangat dekat dengan kita. Manusia terhubung dan menghubungkan diri dengan Tuhan melalui doa. Dalam islam salah satu forum untuk mengadu adalah shalat wajib, dan kalau dirasa kurang puas, shalat sunnah.
5.      Agama sebagai pelita kehidupan. Dalam setiap agama ada pandangan atau mazhab yang berbeda.
6.      Al – Quran dan Bumi Manusia. Alqur’an turun ke bumi tidak seperti turunnya hujan. Al quran turun padabumi manusia dengan perantara Muhammad seorang diri. Dan ini merupakan peristiwa yang sulit dijelaskan.
a.      Heart (berfungsi sebagai rahmat bagi kehidupan manusia, tidak saja bagi umat islam)
b.      Head (keunikan dan keunggulan Mukzizat Al – Qur’an yang menantang dan membimbing penalaran)
c.       Hand (mengimplementasikan dalam karya dan tindakan nyata dengan menggunakan tangan)
7.      Al – Qur’an sebagai sumber peradaban. Disamping sebagai sumber hokum, pedoman moral, bimbingan ibadah dan doktrin keimanan, al – Qur’an juga merupakan sumber peradaban yang bersifat historis dan universal. Agama tidak bisa berkembang tanpa wadah budaya, dan budaya akan kehilangan arah dan ruh tanpa bimbingan agama.
8.      Beragama dengan cemburu. Ada alasan psikologis dan kitabiah mengapa seseorang tidak senang mengapa seseorang tidak senang melihat agama orang lain berkembang lebih pesat. Sikap tidak rela ini melahirkan konstruksi sebuah konsep dan keyakinan bahwa Tuhan tidak lapang dan Tuhan itu senangdibela dengan pertumpahan darah. Jangan menyebar kecemburuan dan kebencian, yang tidak akan membuat agama dan sikap keberagamaan benar – benar menjadi rahmat bagi sekalian alam.
9.      Belajar agama secara kritis. Sikap kritis dalam beragama diperlukan untuk memperkokoh iman dan memperluas pengetahuan, namun tidak untuk bahan perdebatan mencari menang kalah.
10.  Beragama dengan santun. Sikap berserah diri pada Tuhan dan kebenaran ajaran yang diyakini mengasumsikan adanya kebebasan, bebas dari paksaan. Tuhan yang akan membalas amal seseorang berdasarkan niat dan pilihan bebasnya diakhirat nanti.
11.  Menakar kasih ibu. Pantas sekali kita berterimakasih dan senantiasa hormat setra mencintai ibu- ibu kita.
12.  Beragama itu fluktuatif. Sadar bahwasannya perilaku manusia itu fluktuatif dan dapat merugikan orang lain, maka dalam proses sejarahnya, masyarakat sampai pada suatu kesadaran dan kesepakatan bahwa hokum social itu sangat diperlukan.
13.  Metamorphosis beragama. Pemahaman, pengalaman dan keyakinan beragama itu mengalami perubahan, pertumbuhan dan degradasi.

14.  Empat Domain Agama. Terdapat empat domain bagi artikulasi dan ekspresi keberagamaan, yaitu : domain pribadi, jamaah, masyarakat dan Negara.

AGAMA PUNYA SERIBU NYAWA
(Komaruddin Hidayat)
BAB 4 – DUNIA ISLAM NUSANTARA
1.      Ekspresi islam Indonesia.  Penyebaran, kehadiran dan pertumbuhan Islam di wilayah Nusantara merupakan pengecualian, karena tidak sepenuhnya melalui jalan peperangan dan penaklukan militer.
a.      Islam yang Ramah dan Inklusif. Islam berkembang di Wilayah Nusantara dibawa oleh para pedagang yang sifatnya terbuka, senang memelihara persahabatan dan memperbanyak kawan baru untuk mengembangkan bisnisnya. Sifat pedagang itulah yang sejalan dengan semangat dakwah menyebarluaskan ajaran islam.
b.      Tidak ada beban sejarah.kebangkitan ideology islam di Indonesia tampil sangat heroic menyatu dengan semangat kemerdekaan, bukan kesultanan islam maupun perjuangan mendirikan Negara islam.
c.       Beragama dengan Nyaman dan Percaya Diri. Keramahan dan kedamaian umat beragama yang merupakan watak masyarakat Indonesia dan juga dunia islam pada umumnya, tengah mengalami krisis.
2.      Islam yang Membudaya. Budaya masyarakat Islam Nusantara, yang merupakan bangsa Maritim dan Agraris dengan tanahnya yang subur dan lautnya yang luas. Jati diri bangsa Indonesia berkarakter keberislaman warganya yang dari dulu dikenal ramah, santun dan toleran.
3.      Sekulerisme dan Fundamentalisme. Kata Kauffman “Kita memasuki abadideologi yang berakar pada keimanan, yang bersebrangan dengan kebudayaan ilmiah yang dialogis dan rasional”.
4.      Dunia Islam yang beragam. Di dunia ini, begitu banyak pemerintah sah yang oleh lawan politiknya, yaitu imperialis barat, dianggap teroris. Jadi, menyebut “Dunia Islam” sebagai satu entitas politik, ekonomi, dan kebudayaan perlu ditanyakan kesahihannya.
5.      Ulama dan Pemberantasan Korupsi. Berlebihan mengharapkan ulama dan intelektual untuk memberantas korupsi, karena yang paling berwenang dan strategis adalah aparat dan lembaga penegak hukum.
6.      Skeptisisme terhadap Agama. Secara konstitusional, agama – agama dan aliran kepercayaan tersebut adalah sah di Indonesia. Untuk itu agama – agama dan aliran kepercayaan berhak memperoleh perlindungan hukum dan administrasi karena keberadaan sebuah agama memerlukan perlindungan hukum.
7.      Agama, Etnisitas, dan Politik. Ketiganya hamper sulit dipisahkan. Secara antropologis berarti keberagamaan seseorang lebih banyak dipengaruhi keturunan dan lingkungan, bukan karena pilihan bebas. Semua perbedaan mesti diterima dengan lapang dada dan saling menghormati.
8.      Islam Mazhab Indonesia.  Di Indonesia keragaman agama dan budaya memiliki tempat yang sama di depan hukum dan Negara meskipun mayoritas rakyatnya beragama islam. Sangat diperlukan sekelompok intelektual muslim yang bersikap independen, mengambil jarak dari perebutan kekuasaan dan politik, lalu memikirkan format dan arah islam mazhab Indonesia ke depan.
9.      Garis Batas, garis batas ada yang Nampak da nada yang abstrak. Garis batas bisa menjadi jendela dan jembatan penghubung, tetapi bisa juga menjadi sumber konflik. Garis batas yang penuh misteri adalah kematian, karena kita tidak tahu apa yang ada dan terjadi di seberangnya.
10. Mengenal Tuhan di Hari Tua. Banyak pelajaran yang amat berharga untuk diperhatikan, mengingat orang tua pernah mengalami masa muda, sementara yang muda belum pernah menjadi tua.
11. Keislaman Indonesia. Sebuah penelitian bertema : How Islamic are Islamic Countries menilai Selandia Baru beradadi rangking pertama Negara yang paling islami diantara 208 negara, disusul Luxembourg diurutan kedua, sementara Indonesia yang mayoritas muslim menempati urutan ke – 140.

BAB 5 – AGAMA TAKKAN MATI

1.      Agama dan Ruh Budaya. Tanpa kehadiran agama setiap masyarakat memiliki kebaikan universal. Sebaliknya, masyarakat yang mengaku agamis, takkan terbebas dari perilaku menyimpang yang dikecam agama. Keindahan dan kebaikan tanpa cacat itu hanya ada dalam imajinasi.
2.      Kekuatan Tradisi Agama. Agama besar selalu melahirkan tradisi besar, sementara tradisi budayayang sudah mapan tidak mudah berubah dan digeser oleh agama. Meski muncul berbagai kritik terhadap tradisi agama yang dianggapkuno dan konsumtif, rasanya tradisi tersebut tidak mungkin hilang dari kehidupan masyarakat dunia.
3.      Ragam Ekspresi Beragama. Keyakinan agama seseorang dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya pengaruh guru, buku – buku bacaan, lingkungan social, mazhab pemikiran yang dianut, tingkat ekonomi, geografi, sistem pemerintahan dan organisasi.
4.      Tuhan punya Banyak Nama. Dalam ajaran Islam Tuham mempunyai 99 nama (Asmaul Husna). Setiap tradisi memiliki ajaran tentang bagaimana menyapa tuhan.
5.      Masa Depan Tuhan. Tuhan dalam kajian Armstrong adalah Tuhan yang menyejarah, yang hidup ditengah dan bersama pemeluknya; tuhan yang kemudian melahirkan komunitas orang beriman dan sekian banyak tradisi dan institusi agama.
6.      Agama punya Seribu Nyawa. Kita sering mempunyai sikap yang mendua. Terkadang agama diyakini dan dibela keberadaan dan kebenarannya, namun disaat yang sama terkadang dibenci dan dicaci. Para ahli memang tidak memiliki definisi tunggal tentang apa agama itu. Sepanjang manusia masih “Nyambung” dengan akar primordialnya Yang Sejati, nyawa – nyawaagama senentiasa subur dan abadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku bersama Mimpi-Mimpiku

Naskah Ceramah